Desain rumah minimalis semakin digemari saja. Karakternya yang simpel dan fungsional cocok masyarakat di wilayah perkotaan, terutama mereka yang lahannya terbatas.
Konsep minimalis muncul untuk meminimalkan bentuk-bentuk yang ada pada zaman dulu. Zaman dulu profil dengan ukiran yang sangat detail mendominasi bentuk bangunan, interior, maupun eksteriornya. Kini minimalis hadir dengan detail sederhana, namun tidak menghilangkan keindahannya. “Semisal, dulu serat kayu dibentuk menjadi profil. Sekarang kayu bisa digunakan untuk bidang datar,” ujar desainer interior Khairul Anwar.
Beberapa kelebihan yang terdapat dari desain ini adalah pengerjaannya yang cepat dengan biaya minim. “Jadi, meski pengerjaannya cepat dengan biaya yang minim, si penghuni rumah tetap mendapatkan rumah indah yang fungsional.”
Kelebihan lainnya, pada dasarnya konsep ini tidak kalah mewah dengan konsep bangunan lain. Sebab, walaupun dari biaya struktur pembangunan desain minimalis terbilang minim, tapi konsep ini dipermewah dengan elemen dekoratifnya.
Tak ayal, konsep ini pun tidak kalah jika dibandingkan dengan konsep bangunan lain. Ambil contoh, penutup lantainya yang menggunakan lantai granit atau lantai parquet.
Sementara kelemahannya, konsep ini terbilang monoton karena tidak banyak yang dapat dieksplorasi dari bentuk bangunannya. Konsep ini hanya fokus pada bentuk garis-garis dan kotak yang simpel. Kalaupun ingin berkreasi, si penghuni hanya bisa melakukannya pada desain interiornya. Namun, tak lantas juga jadi berlebihan, karena yang berlebihan juga tidak baik. Menilik dari bentuk bangunannya, konsep ini lebih banyak menampilkan kesederhanaan yang tampak pada fasad bangunan.
Seperti, tidak adanya profil dan berbagai ornamen atau segala sesuatu yang menampilkan ukiran detail yang menonjol. Konsep ini lebih banyak menampilkan unsur garis-garis atau kotak yang sederhana. Begitu pun dalam hal warna,minimalis banyak mengusung warna-warna netral dan tidak mencolok.
Seperti abu-abu, hitam, dan putih. Kalaupun terdapat warna yang menonjol pada fasad bangunan, biasanya hal itu digunakan sebagai aksen. Sebab, kecenderungan konsep ini yang monoton. Nah, untuk membedakannya, biasanya si penghuni menggunakan aksen sebagai pembeda atau focal point bangunan rumah. Contohnya, menyisipkan warna terang seperti merah atau warna lain.
Dengan catatan tidak merusak estetika bangunan rumah. Sementara desain interiornya, konsep ini lebih banyak menghilangkan unsur sekat yang masif seperti dinding beton. Kalaupun ingin menggunakan sekat, Khairul menyatakan, biasanya pengguna konsep ini lebih banyak menggunakan sekat seperti partisi dan jenis sekat yang mudah dipindah jika si penghuninya bosan.
Selain itu, biasanya juga untuk menyatukan dua fungsi ruang. Proses penyatuan dua ruang pun bukan asal, si penghuni harus memerhatikan kesinambungan fungsi ruang atau grouping-nya. Semisal, berdasarkan pola aktivitas yang sejenis. Jika penyatuan dua fungsi ruangan yang berbeda tidak memerhatikan faktor tersebut, nantinya tetap akan ada material atau unsur interior tertentu yang harus membatasi dua fungsi yang berbeda (tapi bukan berarti dinding). Contohnya, menyatukan ruang dapur dan ruang makan, menyatukan ruang tamu dan ruang keluarga.
Permasalahan terjadi ketika dalam penerapannya penyatuan dua ruang tersebut tidak berjalan maksimal sesuai dengan fungsinya. Dalam hal ini, arsitek Briyan Talaosa menyarankan, Anda harus menerapkan marking yang jelas. Caranya, Anda bisa membuat bentuk dari ceiling, lighting, atau permainan ketinggian furnitur serta detail aksesori interior lainnya. Cara lain, dalam pengelompokan atau penyatuan dua fungsi ruangan batas imajiner sebaiknya Anda tetap ciptakan menggunakan unsurunsur pembentuk ruangan. (source: SINDO)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar