Baca selengkapnya »
Minggu, 29 Januari 2012
Apakah Anda Menyukai Tebu atau Gulanya?
“Habis manis, sepah dibuang,”  betapa pandainya para sepuh kita membuat perumpamaan. Orang-orang yang  dinilai sudah tidak berguna lagi disisihkan begitu saja. Kadang kita  marah, kalau diperlakukan seperti sepah. Padahal, kita juga akan  membuang sepah itu jika sudah tidak ada lagi rasa manisnya. Ini soal  siapa pelaku dan siapa korbannya saja. Kita tidak suka jadi korban, itu  saja. Bukankah kita juga tidak ingin menyimpan sepah dirumah? Wajar jika  sepah itu dibuang. Yang tidak wajar adalah yang belum menjadi sepah  sudah dibuang. Juga tidak wajar jika kita sudah menjadi sepah, tetapi  menuntut orang lain untuk terus menerus menikmati rasa manis yang sudah  tidak kita miliki lagi. Ngomong-ngomong, ‘sepah’ itu apa sih?

Meski  bukan daerah penghasil gula, namun di rumah masa kecil saya terdapat  rumpun-rumpun pohon tebu. Kami menggunakan parang untuk memotong  batangnya, lalu mengupas kulitnya. Kemudian memotong batang tebu itu  menjadi seukuran jari-jari telunjuk. Setelah itu? Kami mengungahnya.  Rasa manis memenuhi mulut kami. Lalu tiba saatnya dimana kunyahan itu  hanya menyisakan rasa tawar saja. Di mulut kami sekarang 
Baca selengkapnya »
Baca selengkapnya »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar