Kamis, 04 Oktober 2012

(No HOAX) Inilah Obat Resesi Global! Bakteri Ini Dapat Menghasilkan Emas Murni 24 Karat!


Emas yang Anda lihat di foto di atas tidak ditemukan di sebuah sungai atau tambang. Ini diproduksi oleh bakteri yang, menurut para peneliti di Michigan State University, dapat bertahan hidup di lingkungan yang ekstrim dan beracun dan menciptakan emas 24-karat. Emas murni.

Mungkin makhluk ini bisa menyelamatkan kita semua dari resesi krisis ekonomi global.

Atau setidaknya membuat Kazem Kashefi - asisten profesor mikrobiologi dan genetika molekuler - dan Adam Brown - profesor seni elektronik dan intermedia – kaya raya. Mereka adalah orang-orang yang telah menciptakan sebuah laboratorium kompak yang menggunakan bakteri Cupriavidus metallidurans  untuk mengubah klorida emas - cairan kimia beracun yang dapat Anda temukan di alam - menjadi 99,9 persen emas murni.

Inilah laboratorium emas Kashefi dan Brown. Ada sang bakteri dan bahan beracun yang menjadi "makanannya"

Menurut Kashefi, mereka melakukan "alkimia mikroba" yaitu "sesuatu yang tidak memiliki nilai menjadi logam mulia yang berharga".

Bakteri ini sangat tahan terhadap elemen beracun. Bahkan, itu 25 kali lebih kuat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Pabrik kompak para peneliti '- yang mereka namakan The Great Work of Metal Lover - memegang bakteri karena mereka makan itu klorida emas. Dalam sekitar satu minggu, bakteri melakukan tugasnya, memproses semua sampah itu menajdi logam mulia - suatu proses yang mereka yakini terjadi secara teratur di alam.

Cupriavidus metallidurans sedang beraksi: "memakan" bahan beracun berbahaya dan mengahsilkan emas murni 24 karat!

Jadi, ya, pada dasarnya, Cupriavidus metallidurans  bisa makan racun dan dan “pup” (hasil sampingan) metabolisme mereka adalah kotoran termahal di dunia yang notabene merupakan logam mulia.

Subhanallah!
(Gizmodo)

197 Tahun Letusan Gunung Tambora

Ketika semua mata tertuju kepada peristiwa kapal Titanic yang tanggal 15 April mendatang merupakan 100  tahun tenggelamnya kapal pesiar tersebut, ada baiknya sebagai warga bangsa Indonesia tidak melupakan kejadian yang lebih banyak memakan korban dan menimbulkan fenomena alam yang menyebar ke benua Eropa. Kejadian tersebut adalah letusan gunung Tambora.

Gunung Tambora terletak di pulau Sumbawa yang merupakan bagian dari kepulauan Nusa Tenggara. Gunung yang terbentang 340 km di sebelah utara sistem palung jawa ini telah meletus sebanyak tiga kali sebelum letusan besar di tahun 1815, namun besarnya tidak diketahui. Setelah mengalami ketidakaktifan, baru pada pukul 7:00 malam tanggal 10 April, letusan gunung ini sangat kuat. Tiga lajur api terpancar dan bergabung. Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api. Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada pukul 8:00 malam, diikuti dengan abu pada pukul 9:00-10:00 malam. Aliran piroklastik panas mengalir turun menuju laut di seluruh sisi semenanjung, memusnahkan desa Tambora. Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal 11 April. Abu menyebar sampai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium di Batavia dan hujan besar yang disertai dengan abu tefrit jatuh, akhirnya reda antara tangal 11 dan 17 April 1815. Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index. Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883.



Akibat dari letusan besar itu adalah, semua tumbuh-tumbuhan di pulau hancur. Pohon yang tumbang, bercampur dengan abu batu apung masuk ke laut dan membentuk rakit dengan jarak lintas melebihi 5 km . Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April, dengan ketinggian di atas 4 m di Sanggar pada pukul 10:00 malam. Tsunami setinggi 1-2 m dilaporkan terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi di Maluku.

Akibat letusan ini pun merambat sampai ke Benua Eropa. Inilah penyebabnya, tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km. Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10-30 km. Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia, membuat terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di London, Inggris antara tanggal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815. Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas.


Mengakibatkan cuaca memburuk, kabaranya Napoleon Bonaparte pun sampai harus bertekuk lutut di tangan Inggris dan Prussia. Setelah tiga hari Tambora meletus, tepatnya pada 18 Juni 1815, Napoleon terjebak musuh dikarenakan sepanjang hari cuaca memburuk. Hujan terus mengguyur kawasan tersebut. Padahal tentara Prancis saat itu sedang menuju laga pertempuran.

Akibat cuaca buruk, roda kereta penghela meriam terjebak lumpur. Semua kendaraan tak bisa melaju dengan mulus. Tanahnya licin, berselimutkan salju. Maklum, abu tebal dari letusan Gunung Tambora masih bertebaran di atmosfer sehingga menghalangi sinar matahari yang jatuh ke bumi.

Perang Waterloo itu menjadi kisah tragis bagi Napoleon. Kehebatan Napoleon dalam menundukkan musuh-musuhnya berakhir sudah. Ia pun menyerah kalah. Jenderal itu lalu dibuang ke Pulau Saint Helena, sebuah pulau kecil di selatan Samudra Atlantik. Di pulau terpencil itulah ia menghabiskan waktunya hingga meninggal dunia pada 1821 akibat serangan kanker.

Kenneth Spink, seorang pakar geologi berteori, bahwa cuaca buruk akibat letusan Gunung Tambora menjadi salah satu pemicu kekalahan Napoleon. Pada pertemuan ilmiah tentang Applied Geosciences di Warwick, Inggris (1996), Spink mengatakan bahwa letusan Gunung Tambora telah berdampak besar terhadap tatanan iklim dunia kala itu, termasuk cuaca buruk di Waterloo pada Juni 1815.

Napoleon Bonaparte

WaW...Pasutri Berjalan Kaki Sejauh 1.424 Km Dari Inggris Ke ITALY Melewati 4 Negara

Mike Higgins, 61, dan istrinya Janet, 65, selama 148 hari berjalan kaki dari rumah mereka di pedesaan Shropshire ke sebuah apartemen yang mereka miliki di Danau Garda, Ponte Caffaro di Italia.
Sepanjang jalan pasangan ini berjalan melalui empat negara dan memanjat ke hingga ketinggian 20.319 ft ketika mereka menyeberangi Pegunungan Alpen Swiss.


•  Mike Higgins dan istri Janet akhirnya berjalan kaki sejauh 1.424 kilometer ke Italia
Baca selengkapnya »

Siapa Bilang Anda Perlu Cat Warna Kanvas Untuk Membuat Sebuah Karya Seni

Siapa bilang Anda perlu cat warna kanvas untuk membuat sebuah karya seni. Artis 20-tahun dari Sterlitamak, Rusia menciptakan potret yang luar biasa di trotoar di depan rumahnya. Dia hanya menggunakan kapur untuk membuat potret rinci seperti foto. Lihat betapa Rustam Valeev menciptakan karya seni yang luar biasa.








 

Foto Lucu Aksi Ayah Terbaik Dunia Bersama Putrinya Yang Lucu. (foto)

Serangkaian foto-foto lucu yang menampilkan ayah dan anak balita nya telah menjadi hit di internet.
Titiled Bapa Terbaik di Dunia, Dave Engledow, dari Tahoma Park, Maryland  terlihat berpose bersama balita menggemaskan berumur dua tahun Alice Bee.


• Bapa Terbaik Dunia Dave Engledow  berpose bersama putri Alice Bee dalam serangkaian skenario yang sangat tidak mungkin
Baca selengkapnya »

WaW…!!! Fotografer Swiss Menangkap Warna - Warni Gelembung Sabun

Fotografer Fabian Oefner menangkap benda misterius yang terlihat seperti visi yang ditangkap oleh teleskop ruang angkasa Hubble, tapi itu adalah gelembung sabun.
Oefneer harus menggunakan rig pencahayaan khusus untuk mengabadikan keindahan ini yang terdiri dari udara 99% dan benar-benar tidak memiliki warna sama sekali.

 
• Fotografer Fabian Oefner menangkap benda misterius yang terlihat seperti visi dari teleskop ruang angkasa Hubble

Baca selengkapnya »

Perpustakaan Canggih Dan Unik Di Dunia

Kalau Anda ke perpustakaan yang ada di Chicago Unversity mungkin akan tercengang dengan 2 hal, pertama gedungnya yang berbentuk sebuah kubah dan memanfaatkan 100% sinar matahari sebagai sumber penerangan.

Kedua, anda pasti bingung, kok yang katanya perpustakaan tapi Anda tidak bisa menemukan satu buku pun di perpustakaan ini.

Disebut dengan Joe and Rika Mansueto Library, perpustakaan ini mungkin akan menjadi perpustakaan tercanggih saat ini karena semua koleksi buku mereka disimpan di dalam tanah. Sedangkan untuk meletakkan dan menaruh buku semuanya dikerjakan dengan komputer dan robot.

Tempat penyimpanan buku tersebut terletak di dalam tanah dengan tingggi ruangan setara dengan 5 lantai dan semua buku disimpan dalam rak raksasa. Totalnya ada sekitar 3,5 juta buku.

Semua buku disimpan dalam sebuah wadah yang bisa menyimpan 100 buku dan wadah tersebut (total 35.000 wadah) akan diletakkan di rak raksasa tersebut dimana sebuah robot akan mengambil dan meletakkan buku berdasarkan sistim barcode.

Untuk meminjam buku anda bisa melakukannya secara online melalui komputer dan buku akan keluar ke meja khusus dalam waktu sekitar 5 menit saja.

Cara ini tentu saja bukan hanya lebih mudah dalam hal meletakkan dan mengambil buku tetapi sekaligus bisa hemat ruang sehingga menurut si pembuat, gudang buku ini bisa menyimpan 7 kali lebih banyak dibandingkan perpustakaan dengan ukuran yang sama.

Keren? Tentu saja karena perpustakaan ini menghabiskan dana sekitar US$ 81 juta dollar (sekitar Rp. 800 milyar).

Ingin tahu kenapa nama perpustakaannya Joe and Rika Mansueto Library? Itu karena Joe Mansueto dan Rika Yoshida yang merupakan alumni dari Chicago University adalah yang menyumbang uang sebesar US$ 25 juta makanya untuk rasa "terima kasih", perpustakaan ini diberi nama dengan nama mereka.